Testimoni Kontak Kami

🧲 Perang Tarif AS 2025: Apa Dampaknya untuk Industri Baja Indonesia?

🧲 Perang Tarif AS 2025: Apa Dampaknya untuk Industri Baja Indonesia?

🧲 Perang Tarif AS 2025: Apa Dampaknya untuk Industri Baja Indonesia?

Pada Maret 2025, Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengguncang dunia perdagangan dengan menerapkan tarif 25% untuk impor baja dan aluminium. Tidak berhenti di situ, Trump juga mengumumkan tarif 10% untuk semua barang impor dan tarif balasan terhadap 57 negara — namun mengecualikan Tiongkok dari penangguhan 90 hari, menjadikannya sasaran utama kebijakan perdagangan ini.

🌍 Efek Global: Negara-negara Merespons
Kanada dan Uni Eropa membalas dengan tarif miliaran dolar terhadap produk AS.

Meksiko, Jepang, dan Korea Selatan memilih jalur diplomasi, meskipun terdampak langsung.

Tiongkok dan AS kini terlibat dalam perang dagang skala penuh, saling menaikkan tarif hingga lebih dari 100%.

🇮🇩 Pelajaran Penting untuk Indonesia
Meski Indonesia bukan eksportir baja utama ke AS, efek domino dari perang tarif ini nyata. Pada 2018, situasi serupa menyebabkan harga baja global anjlok dan pasar Indonesia dibanjiri produk murah dari luar negeri. Akibatnya, produsen dalam negeri mengalami kerugian besar.

🔎 Jika sejarah berulang, Indonesia bisa kembali menghadapi gelombang baja impor murah yang merusak harga pasar lokal.

🇺🇸 Dampak Domestik di AS
Industri otomotif, kapal, hingga peralatan rumah tangga di AS ikut terpukul karena harga bahan baku naik dan pasokan terganggu. Sebuah studi memperkirakan kenaikan harga mobil hingga Rp100 juta dan potensi kehilangan lebih dari 700.000 pekerjaan.

🎯 Kesimpulan
Langkah-langkah proteksionis mungkin terlihat melindungi industri dalam negeri, namun kenyataannya justru menciptakan ketidakpastian dan gangguan rantai pasok global. Untuk Indonesia, penting bagi pelaku industri baja untuk:

Memperkuat daya saing produk lokal

Mengawasi arus impor yang meningkat

Menjalin kemitraan antara industri dan pemerintah, termasuk dengan:
1. memperkuat regulasi dan pengawasan SNI (Standar Nasional Indonesia) guna membatasi masuknya produk baja murah yang berkualitas rendah.

2. mendorong diplomasi dahang melalui kerjasama di forum multilateral seperti ASEAN dan WTO

📢 Tarif global bisa jadi ancaman, tapi juga peluang bagi pelaku baja Indonesia yang siap beradaptasi.

Back To Articles